BAHAGIA MEMBUAT ANDA BAHAGIA

Sesungguhnya Orang yang Paling Baik adalah yang
Paling Banyak Manfaatnya Untuk Orang Lain (Muhammad SAW)


Powered By Blogger

Laman

Senin, 01 Maret 2010

YAYASAN PENDIDIKAN DAYANG SUMBI JAYA
SMK SANGKURIANG 1 CIMAHI
JL.Sangkuriang No 76 Cimahi
DAFTAR NILAI UJIAN NASIONAL PRAKTIK
KOMPETENSI KEJURUAN AKUNTANSI
2009/2010
Penguji 1 : Rahmat Herdiana,SE ( Staff Akuntansi PT.Adiwarna, Bandung)
Penguji 2 : Endrianto Tri Laksono,S.Pd ( Staff Pengajar Akuntansi SMK Sangkuriang 1 Cimahi )
NO NO.PESERTA NAMA KELAS
NA
1 AI SUMIYATI XII AK 1 8.65
2 ANITA REZKI XII AK 1 9.03
3 ANNEU ROSLINA XII AK 1 8.45
4 ARDILLA DWYPANI XII AK 1 8.85
5 ARI NOVIANTI XII AK 1 8.75
6 CERIYANTI PERI EPENDI XII AK 1 8.75
7 DEBI DESTIANI XII AK 1 8.83
8 DELIA NURJANAH XII AK 1 8.85
9 DESI OKTAPIANI TRISNAWATI XII AK 1 8.88
10 DEVI SUSANTI XII AK 1 8.80
11 DEWI SRI MULYANI XII AK 1 9.08
12 DIAN HAYATI XII AK 1 8.85
13 DINI NURAENI XII AK 1 9.00
14 ERNA NURHASANAH XII AK 1 9.05
15 ERNA WIDIAWATI XII AK 1 8.60
16 EVA TANDANU NOPALIA XII AK 1 8.26
17 FIFIN BRAMANTA CAHYANI XII AK 1 9.05
18 HANI WIDIYAWATI XII AK 1 9.05
19 IKA SARTIKA XII AK 1 9.05
20 IKAWATI XII AK 1 8.55
21 IKA ROSMIATI XII AK 1 8.75
22 LINA ISMAWATI XII AK 1 8.83
23 LISDA ENDAWATI XII AK 1 8.80
24 NANI SETIANINGSIH XII AK 1 9.63
25 NONI MARYATI XII AK 1 9.13
26 NOVIA HERMASARI XII AK 1 8.63
27 NURAFIAH HIDAYANA XII AK 1 8.13
28 NURWIYAH XII AK 1 9.05
29 PITRI MEGAWATI XII AK 1 9.65
30 RENI SITI APRILYANI XII AK 1 8.80
31 RESMI ANGGRAENI XII AK 1 8.65
32 RIMA YUNIAR XII AK 1 9.70
33 RINI SUMYATI XII AK 1 8.49
34 RISNA INDRI ASTUTI XII AK 1 8.63
35 RITA NURJANAH XII AK 1 8.90
36 SANTI ANJANI XII AK 1 8.78
37 SINDI SINTIA XII AK 1 8.75
38 SUMIARTI XII AK 1 8.88
39 TANTI YULIYANTI XII AK 1 8.83
40 TIA KARTIKA WATI XII AK 1 8.83
41 WATININGSIH XII AK 1 8.83
42 WITRI PIDIATRI XII AK 1 8.78
43 YANTI XII AK 1 8.78
44 YENI ARIYANTI XII AK 1 8.53
Mengetahui,
Kepala Sekolah
SMK Sangkuriang 1 Cimahi



Sri Umi Mardiasih,S.Pd

YAYASAN PENDIDIKAN DAYANG SUMBI JAYA
SMK SANGKURIANG 1 CIMAHI
JL.Sangkuriang No 76 Cimahi

DAFTAR NILAI UJIAN NASIONAL PRAKTIK
KOMPETENSI KEJURUAN AKUNTANSI
2009/2010

Penguji 1 : Rahmat Herdiana,SE ( Staff Akuntansi PT.Adiwarna, Bandung)
Penguji 2 : Endrianto Tri Laksono,S.Pd ( Staff Pengajar Akuntansi SMK Sangkuriang 1 Cimahi )

NO NO.PESERTA NAMA KELAS
NA
1 AI SARASWATI XII AK 2 8.75
2 ASTRI SRI LESTARI XII AK 2 8.43
3 AYU ROSMAWATI XII AK 2 8.80
4 DESI APRIYANTI XII AK 2 8.80
5 DESI RESMIATI XII AK 2 8.75
6 DEWI SARAH XII AK 2 9.20
7 DIYAR IRAWATI XII AK 2 9.10
8 DINDA ARYANI IRAWATI XII AK 2 9.10
9 ENDANG RIRIN SUSANTI XII AK 2 9.00
10 IIS SUMIATI XII AK 2 8.80
11 IIS JULIYANTI XII AK 2 8.80
12 IIS YUSMIATI XII AK 2 8.80
13 KARIMAH XII AK 2 8.80
14 KOKOM KOMALAWATI XII AK 2 8.85
15 MELIATI XII AK 2 8.80
16 NELI SULASTRI XII AK 2 8.80
17 NOVIA ZULFITRI RANJANI XII AK 2 8.60
18 NUR ANISA XII AK 2 8.80
19 OCHTA RIANI XII AK 2 8.70

Mengetahui,
Kepala Sekolah
SMK Sangkuriang 1 Cimahi




Sri Umi Mardiasih,S.Pd

YAYASAN PENDIDIKAN DAYANG SUMBI JAYA
SMK SANGKURIANG 1 CIMAHI
JL.Sangkuriang No 76 Cimahi

DAFTAR NILAI UJIAN NASIONAL PRAKTIK
KOMPETENSI KEJURUAN AKUNTANSI
2009/2010

Penguji 1 : Rozmita Dewi Yuniarti,S.Pd,M.Si ( Dosen Akuntansi UPI Bandung )
Penguji 2 : Nasrullah Nurul Rohmat,S.Pd ( Ketua Kompetensi Keahlian Akuntansi SMK Sangkuriang 1 Cimahi )

NO NO.PESERTA NAMA KELAS
NA
20 RANI APRIANI XII AK 2 8.35
21 RENI RAHMAWATI XII AK 2 9.08
22 RISMA YANTI XII AK 2 8.94
23 RIYANTI XII AK 2 9.10
24 SANTIKA ROSMELIA XII AK 2 9.13
25 SILVI OKTAVIANI XII AK 2 9.13
26 SITI AISAH XII AK 2 8.88
27 SITI NURAENI INDRIANI XII AK 2 9.16
28 SRI ASTUTI XII AK 2 8.82
29 SRI RAHAYU XII AK 2 9.07
30 STEVANI GUSTIANI XII AK 2 9.02
31 SUKMA LEGA XII AK 2 9.46
32 VINA HERLINA XII AK 2 8.80
33 WINA PATIMAH XII AK 2 8.77
34 WINDITA TRI ASTUTI XII AK 2 9.66
35 YUHANITA DWI KURNIASARI XII AK 2 9.22
36 YULIYANTI SUSAN XII AK 2 9.05
37 YUYUN YUNENGSIH XII AK 2 9.06

Mengetahui,
Kepala Sekolah
SMK Sangkuriang 1 Cimahi




Sri Umi Mardiasih,S.Pd

YAYASAN PENDIDIKAN DAYANG SUMBI JAYA
SMK SANGKURIANG 1 CIMAHI
JL.Sangkuriang No 76 Cimahi
DAFTAR NILAI UJIAN NASIONAL PRAKTIK
KOMPETENSI KEJURUAN AKUNTANSI
2009/2010

Penguji 1 : Rozmita Dewi Yuniarti,S.Pd,M.Si ( Dosen Akuntansi UPI Bandung )
Penguji 2 : Nasrullah Nurul Rohmat,S.Pd ( Ketua Kompetensi Keahlian Akuntansi SMK Sangkuriang 1 Cimahi )
NO NO.PESERTA NAMA KELAS
NA
1 ANGGI KHOERUN NISSA XII AK 3 8.85
2 CHRISTINE NATALIA XII AK 3 9.05
3 DENTI SUSANTI XII AK 3 8.84
4 DINI ROHAYATI XII AK 3 8.87
5 DWI CIPTA NOVANI GUSTIYARTI XII AK 3 8.91
6 ELIS DAHLIA XII AK 3 9.05
7 ERITA BAROKAH XII AK 3 9.05
8 EVA SUPRIATINI XII AK 3 8.44
9 EVI PITRIASARI XII AK 3 8.36
10 FENI ANGGRAENI XII AK 3 8.85
11 FITRI NURAENI XII AK 3 8.84
12 HERNI LIANTI SITEPU XII AK 3 8.58
13 INDRI JANU ASTUTIK XII AK 3 8.63
14 ITA MEISARI XII AK 3 8.78
15 KHATERINE XII AK 3 8.42
16 LEWI SUSANTI XII AK 3 8.87
17 LINDA ANDRIYANI XII AK 3 8.96
18 LINDA ROSTIANTI XII AK 3 8.95
19 MURNI SUSANTI XII AK 3 8.10
20 NIA SUSILAWATI XII AK 3 9.00
21 NOVIA KUSUMAH DEWI XII AK 3 9.31
22 RENI ROSTIYANI XII AK 3 9.07
23 RINA SEPTIANI XII AK 3 9.75
24 RISNA MARITO XII AK 3 9.22
25 RITA SUGIANTI XII AK 3 9.05
26 ROSITA XII AK 3 8.66
27 SANTY NURJANAH XII AK 3 9.22
28 SELLA FEBRIANTA SEMBIRING XII AK 3 9.11
29 SELLI FEBRIANTI SEMBIRING XII AK 3 9.63
30 SISKA FEBRIYANTI XII AK 3 8.59
31 SITI RAHAYU YULIANTI XII AK 3 9.35
32 TIYA SEPTIANI RUBIYANTI XII AK 3 9.08
33 TITA CAHYATI XII AK 3 9.35
34 TRI WULAN XII AK 3 8.54
35 TUTI MARYATI XII AK 3 8.69
36 ULMAYATIN XII AK 3 8.49
37 WIWI LISNAWATI XII AK 3 9.08
38 YULIANA XII AK 3 9.05
39 PRADITTA AGISTA MEGAWATI XII AK 3 8.63
Mengetahui,
Kepala Sekolah
SMK Sangkuriang 1 Cimahi



Sri Umi Mardiasih,S.Pd

Jumat, 26 Februari 2010

ORGANISASI PEMBELAJARAN IPS DI SMK SANGKURIANG 1 CIMAHI

ORGANISASI PEMBELAJARAN IPS DI SMK SANGKURIANG 1 CIMAHI



BAB I
PENDAHULUAN

Idealisme yang diinginkan dari proses pendidikan adalah “memanusiakan manusia”. Selain sebagai makhluk individu, manusia sejak lahir telah menjadi makhluk sosial, bahkan keterlibatan manusia dengan manusia lain dan lingkungan sekitarnya cenderung sampai pada tahap saling ketergantungan.
Sejak tercipta sebagai makhluk sosial, pada hakikatnya seluruh makhluk hidup, termasuk manusia di dalamnya, memiliki kesadaran terhadap ruang (space consciousness) baik itu berupa ruang tempatnya hidup, ruang tempat berburu, mencari makan, ataupun ruang untuk bersosialisasi. Dalam Kitab Suci Al-Qur’an, tepatnya pada Surah Al-Hujuraat disebutkan bahwa Sang Maha Pencipta menciptakan manusia berbeda-beda, bersuku-suku, berkabilah-kabilah agar mereka mau saling mengenal (sosialisasi).

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” ( Al Hujuraat,49:13 )
Dalam perkembangan selanjutnya ketika kelompok manusia memasyarakat menjadi klan, suku atau bangsa maka kesadaran ruang meningkat menjadi hubungan emosional antara ruang hidup tersebut dengan suku, klan atau bangsa yang mendiami ruang tersebut. Hubungan emosional memunculkan potensi masalah-masalah yang berkaitan dengan masalah sosial.
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) dapat memberikan kontribusi yang cukup besar dalam mengatasi masalah sosial, sebab pendidikan IPS memiliki fungsi dan peran dalam meningkatkan Sumber Daya Insani untuk memperoleh bekal pengetahuan tentang harkat dan martabat manusia sebagai mahluk sosial, keterampilan menerapkan pengetahuan tersebut dan mampu bersikap berdasarkan nilai dan norma sehingga mampu hidup bermasyarakat.
Apa mau dikata, kondisi real yang dihasilkan oleh pembelajaran IPS , dalam hal ini yang diselenggarakan secara formal di persekolahan, sering kali dianggap belum sesuai dengan yang diharapkan, bahkan beberapa temuan penelitian dan pengamatan para ahli pendidikan memperkuat kesimpulan bahwa pendidikan IPS di Indonesia belum maksimal karena perwujudan nilai-nilai sosial yang dikembangkan dalam pembelajaran IPS masih belum begitu nampak aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari siswa. Keterampilan sosial para siswa lulusan masih memprihatinkan, terbukti dengan partisipasi siswa dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan semakin menyusut (Syaodih, 2008:2).
Berkaca dari hasil penelitian tersebut, perlulah kiranya dicari penyebab yang melatarbelakangi mengapa pembelajaran IPS belum mengarah pada tujuan sebenarnya. Beberapa diantaranya dapat berpangkal pada kurikulum, rancangan, pelaksana, pelaksanaan ataupun faktor-faktor pendukung pembelajaran lainnya. (Soemantri, 1998), Sumaatmadja (1996) dalam Syaodih (2008:4).
Ada juga yang menyoroti latar belakang tak tercapainya tujuan pembelajaran IPS di persekolahan di Indonesia adalah faktor Sistem Pembelajarannya. Lim (2008:1) berpendapat, sistem pembelajaran IPS di Indonesia jauh ketinggalan dibandingkan dengan negara-negara lain, misalnya di Jepang. Di Negara Matahari Terbit itu, pembelajaran IPS yang diberikan kepada siswa diberikan melalui hasil survei lapangan terlebih dahulu, sehingga sesuai dengan permasalahan dan aktual yang terjadi di masyarakat. Apa yang terjadi di Indonesia ? IPS masih sebatas pengetahuan, bahkan sifatnya historical murni, yang kadang tak jelas relevansinya dengan apa yang dihadapi atau dibutuhkan oleh peserta didik. Permasalahan yang diajarkan adalah permasalahan standard yang ada di buku teks pelajaran, tidak dicoba dikaitkan dengan permasalahan yang memiliki tingkat urgensi dan relevansi yang tinggi bagi siswa.
Mata pelajaran IPS masih dipandang siswa sebagai pelajaran yang membosankan dan dirasa kurang relevan dengan kehidupan mereka seperti yang ditulis dari hasil penelitian Stahl (2008:3) bahwa: “… studies classes are dull, boring, and irrelevant to their lives. If the curriculum in social studies is to continue to have support from school administrators, politicians, and the general public, it is desirable to have positive student attitudes towards the subject matter. For it is quite possible that negative attitudes toward social studies could ultimately result in a sharp decline in the allocation of resources for this subject area…”
Faktor lainnya ditengarai muncul dari fasilitator, yaitu guru IPS itu sendiri. Hasil penelitian Nursid Sumaatmadja (Soesetyo, 2004;2) diperoleh data sebanyak 60% guru IPS di Indonesia memiliki background pendidikan di luar pendidikan IPS. Haladyna and Shaughnessy dalam Stahl (2008:8) mengindikasi bahwa guru dan lingkungan pembelajaran memegang peranan yang kuat dalam membentuk sikap siswa terhadap IPS. Guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang positif dalam kelas. Iklim kelas dan sikap siswa dapat diubah melalui intervensi guru dalam membangun image terhadap social studies, oleh karena itu pembelajaran IPS perlu diupayakan dengan memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran IPS yang bermakna. Prinsip pembelajaran IPS (social studies) dalam jurnal NCSS pada sebuah penelitian berjudul A Vision of Powerful Teaching and Learning in the Social Studies: Building Social Understanding and Civic Efficacy yang ditulis oleh Stahl (2008:2), bahwa ada beberapa prinsip yang harus dipedomani dalam pembelajaran IPS sehingga pembelajaran IPS memberikan hasil yang maksimal, yaitu:
1. Pembelajaran IPS yang baik jika bermakna (Social studies teaching and learning are powerful when they are meaningful). Siswa belajar menghubungkan pengetahuan, keyakinan dan sikap yang manfaatnya mereka peroleh baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Pembelajaran lebih ditekankan pada pengembangan ide-ide yang penting dalam memahami, mengapresiasikan dan menerapkannya dalam kehidupan. Kebermaknaan dari isi materi diarahkan pada bagaimana menyajikannya pada siswa dan bagaimana mengembangkannya melalui serangkaian kegiatan. Sedangkan interkasi dalam kelas difokuskan pada pencapaian kompetensi yang penting. Aktivitas pembelajaran yang bermakna dan strategi penilaian difokuskan pada perhatian siswa terhadap ide-ide penting dari yang mereka pelajari. Dengan demikian guru merefleksi perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran dengan mudah
2. Pembelajaran IPS yang baik adalah pembelajaran yang terintegrasi (Social studies teaching and learning are powerful when they are integrative) Pembelajaran IPS dalam penyampaian topik dilakukan melalui upaya mengintegrasikan dalam hal: a) lintas ruang dan waktu, b) pengetahuan, keterampilan, keyakinan, nilai dan sikap untuk dilaksanakan, c) teknologi secara efektif, d) melalui lintas kurikulum
3. Pembelajaran IPS yang baik adalah pembelajaran yang berbasis nilai (Social studies teaching and learning are powerful when they are value-based). Kekuatan pembelajaran IPS dengan mempertimbangkan berbagai dimensi atau topik-topik maupun isu-isu yang kontroversi, pengembangan dan penerapan nilai-nilai sosial. Pembelajaran IPS membentuk siswa menjadi: a) peka terhadap implementasi kebijakan sosial yang potensial serta keputusan berdasarkan nilai, b) sadar akan nilai-nilai, kompleksitas dan dilemma isu-isu, c) mempertimbang kan biaya dan keuntungan dari berbagai tindakan, d) mengembangkan rasional yang baik terhadap nilai-nilai sosial demokratis dan politik. Dengan demikian kekuatan pembelajaran sosial studies mendorong pengenalan pandangan yang berbeda, sensitivitas terhadap persamaan dan perbedaan budaya dan komitmen terhadap tanggung jawab sosial.
4. Pembelajaran IPS yang baik adalah pembelajaran yang menantang (Social studies teaching and learning are powerful when they are challenging). Siswa diharapkan mencapai tujuan pembelajaran secara individu dan kelompok melalui aktivitas berfikir siswa yang menantang.
5. Pembelajaran IPS yang baik adalah pembelajaran yang aktif (Social studies teaching and learning are powerful when they are active). Pembelajaran IPS yang aktif mengharapkan adanya kemampuan berfikir reflektif dan membua keputusan (decision making) selama pembelajaran. Siswa mengembangkan pemahaman baru melalui sebuah proses pembelajaran aktif dengan mengkonstruk pengetahuan sosial yang penting. Guru mengawali kegiatan dengan memberikan bimbingan melalui modeling, penjelasan, untuk membangun pengetahuan siswa menjadi independent dan menjadi pembelajar yang memiliki kebijakan sendiri. Pembelajaran IPS ini menekankan pada kegiatan otentik yang diperuntukkan pada penerapan kehidupan nyata dengan menggunakan keterampilan dan konteks materi di bidangnya.
Ringkasnya, pembelajaran IPS di persekolahan perlu diupayakan secara optimal dengan memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran IPS sebagai berikut :
Social studies teaching and learning are powerful when they are : 1)meaningful, 2) integrative, 3) value-based, 4) challenging, and 5) active. (Stahl, 2008:2)






BAB II
RUMUSAN MASALAH

Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik.
Berkaitan dengan hal di atas, penulis bermaksud untuk mengetahui sejauh mana pengorganisasian pembelajaran IPS yang diselenggarakan di SMK Sangkuriang 1 Cimahi. Permasalahan yang ingin diungkap oleh penulis dalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. Rumusan tujuan apa yang menjadi target pembelajaran IPS di SMK Sangkuriang 1 Cimahi ?
b. Bagaimana implementasi kurikulum pembelajaran IPS yang dikembangkan di SMK Sangkuriang 1 Cimahi ?
c. Bagaimana kualifikasi pengajar IPS di SMK Sangkuriang 1 Cimahi?








BAB III
TINJAUAN TEORETIS

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) disebut juga sebagai synthetic science, karena konsep, generalisasi, dan temuan-temuan penelitian ditentukan atau diobservasi setelah fakta terjadi (Welton dan Mallan, 1988 : 66-67).
Hingga saat ini, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) hanyalah sebuah program pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial (social sciences), maupun ilmu pendidikan (Somantri, 2001 : 89).
Social Science Education Council (SSEC) dan National Council for Social Studies (NCSS) menyebut IPS sebagai "Social Science Education" dan "Social Studies". Pada tahun 1992, NCSS telah mendefinisikan IPS sebagai berikut :

“Social studies is the integrated study of the social sciences and humanities to promote civic competence. Within the school program, social studies provides coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as anthropology, archaeology, economics, geography, history, law, philosophy, political science, psychology, religion, and sociology, as well as appropriate content from the humanities, mathematics, and natural sciences. The primary purpose of social studies is to help young people develop the ability to make informed and reasoned decisions for the public good as citizens of a culturally diverse, democratic society in an interdependent world” . (Stahl dan Hartoonian, 2003)

Sementara itu berdasarkan hasil rumusan Forum Komunikasi II HISPIPSI di Yogyakarta (1991) dan menurut versi FPIPS dan Jurusan Pendidikan IPS, dapat diformulasikan pengertian IPS sebagai berikut :
“Pendidikan IPS adalah penyederhanaan adaptasi, seleksi, dan modifikasi dari disiplin akademis ilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis-psikologis untuk tujuan institusional pendidikan dasar dan menengah dalam kerangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila Pendidikan IPS adalah seleksi dari struktur disiplin akademik ilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk mewujudkan tujuan pendidikan dalam kerangka pencapaian tujuan pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila” (Sumber:Somantri,2001:103).

Menurut Depdikbud (1994), IPS yang diajarkan di jenjang pendidikan menengah didasarkan pada bahan kajian pokok Geografi, Ekonomi, Sosiologi, Antropologi, Tata Negara, dan Sejarah
Undang-Undang No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 35, menyatakan bahwa : "Setiap satuan pendidikan jalur pendidikan sekolah, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat harus menyediakan sumber belajar" .
Pendidikan tidak mungkin dapat terselenggara dengan baik bilamana para tenaga kependidikan maupun para peserta didik tidak didukung oleh sumber belajar yang diperlukan untuk penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar yang bersangkutan.

Tujuan Pembelajaran IPS di Persekolahan
Menurut Schnuncke (1988) tujuan IPS didasarkan atas tiga karakteristik, yaitu : manusia mampu berpengetahuan, manusia mampu mengatur kehidupannya, dan manusia mampu memelihara nilai-nilai. Atas dasar ketiga karakteristik tersebut tujuan pengembangan mencakup tujuan : pengetahuan (knowing), proses (doing), dan afektif (caring). Tiga tujuan IPS, yaitu meliputi aspek : (1) pengertian (understanding) yang berkenaan dengan pemberian latar pengetahuan dan informasi tentang dunia dan kehidupan, (2) Sikap dan Nilai (attitudes and values), “ dimensi rasa” (feeling) yang berkenaan dengan pemberian bekal mengenai dasar-dasar etika masyarakat yang nantinya menjadi orientasi nilai dalam kehidupan dirinya, (3) Keterampilan (skills), khususnya yang berkenaan dengan kemampuan dan keterampilan IPS, yaitu meliputi keterampilan sosial, keterampilan belajar dan kebiasaan kerja, keterampilan kelompok, dan intelektual.
Muhammad Numan Somantri (Somantri,2001:259) mengemukakan setidaknya terdapat 4 pendapat mengenai tujuan pengajaran IPS di sekolah ;
Pendapat pertama, tujuan pengajaran IPS di sekolah ialah untuk mendidik para siswa menjadi ahli ekonomi, politik, hukum, sosiologi, dan pengetahuan sosial lainnya. Golongan yang diwakili oleh Charles Keller dan Barelson (Massialas & Smith,1965:13) ini lebih menyetujui pembelajaran IPS di persekolahan disebut dengan istilah “social sciences” daripada istilah “social studies”
Pendapat kedua, berpendapat bahwa tujuan pengajaran IPS di persekolahan ialah untuk menumbuhkan warga negara yang baik. Pengajaran di sekolah harus merupakan : “a unified coordinated holistic study of men living in societies”(Hanna, 1962:63).
Pendapat ketiga, merupakan kompromi dari pendapat pertama dan pendapat kedua. Tujuan program pengajaran IPS merupakan “simplifikasi dan distilasi dari berbagai ilmu-ilmu sosial untuk kepentingan pendidikan” (Wesley,1964:3)
Pendapat keempat, berpendapat bahwa pengajaran IPS di sekolah dimaksudkan untuk mempelajari bahan pengajaran yang sifatnya “tertutup” (closed area). Maksudnya ialah bahwa dengan mempelajari bahan pelajaran yang tabu untuk dibicarakan, para siswa akan memperoleh kesempatan untuk memecahkan konflik intrapersonal maupun antar-personal.
Muhammad Nu’man Somantri sendiri merumuskan bahwa tujuan Pendidikan IPS pada tingkat sekolah adalah :
1.Menekankan tumbuhnya nilai kewarganegaraan , moral, ideologi negara dan agama.
2.Menekankan pada isi dan metode berfikir ilmuwan
3.Menekankan reflective inquiry

Media Pendidikan dan Sumber Pembelajaran IPS
Association for Educational Communications and Technology (AECT, 1977) menyatakan bahwa sumber pembelajaran adalah segala sesuatu atau daya yang dapat dimanfaatkan oleh guru, baik secara terpisah maupun dalam bentuk gabungan, untuk kepentingan belajar mengajar dengan tujuan meningkatkan efektivitas dan efisiensi tujuan pembelajaran.
Sumber pembelajaran dapat dikelompokan menjadi dua bagian, yaitu :

1. Sumber pembelajaran yang sengaja direncanakan (learning resources by design), Sumber pembelajaran kategori ini memang telah disiapkan dan didesain untuk digunakan dalam pembelajaran yang akan dilaksanakan.
2. Sumber pembelajaran yang karena dimanfaatkan (learning resources by utilization), yakni sumber belajar yang tidak secara khusus didisain untuk keperluan pembelajaran namun dapat ditemukan, diaplikasikan, dan dimanfaatkan untuk keperluan belajar.
Sumber pembelajaran yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran IPS di persekolahan adalah dengan mengoptimalkan media pendidikan. Media pendidikan adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pembelajarannya(Hamalik,1985:23).

Sebagai sumber pembelajaran IPS, media pendidikan diperlukan untuk membantu guru dalam menumbuhkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran IPS. Diversifikasi aplikasi media atau multi media, sangat direkomendasikan dalam proses pembelajaran IPS, misalnya melalui : pengalaman langsung siswa di lingkungan masyarakat; dramatisasi; pameran dan kumpulan benda-benda; televisi dan film; radio recording; gambar; foto dalam berbagai ukuran yang sesuai bagi pembelajaran IPS; grafik, bagan, chart, skema, peta; majalah, surat kabar, buletin, folder, pamflet dan karikatur; perpustakaan, learning resources, laboratorium IPS; serta ceramah, tanya jawab, cerita lisan, dan sejenisnya (Rumampuk, 1988 : 23-27; Mulyono, 1980 : 10-12).
Dari sisi kurikulum, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS menggunakan tiga dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta kehidupan manusia secara holistik. Ketiga dimensi tersebut terlihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Dimensi IPS Dalam Kehidupan Manusia

Dimensi dalam kehidupan manusia Ruang Waktu Nilai/Norma
Area dan substansi pembelajaran Alam sebagai tempat dan penyedia potensi sumber daya Alam dan kehidupan yang selalu berproses, masa lalu, saat ini, dan yang akan datang Kaidah atau aturan yang menjadi perekat dan penjamin keharmonisan kehidupan manusia dan alam
Contoh Kompetensi Dasar yang dikembangkan Adaptasi spasial dan eksploratif Berpikir kronologis, prospektif, antisipatif Konsisten dengan aturan yang disepakati dan kaidah alamiah masing-masing disiplin ilmu
Alternatif penyajian dalam mata pelajaran Geografi Sejarah Ekonomi, Sosiologi/Antropologi
Sumber: Sardiman, 2004

BAB IV
PEMBELAJARAN IPS DI SMK SANGKURIANG 1 CIMAHI

a. Tujuan Pembelajaran IPS di SMK Sangkuriang 1 Cimahi
Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik. Dari rumusan tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut (Awan Mutakin, 1998).
1. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.
2. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.
3. Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat.
4. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat.
5. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat.

Tujuan Pembelajaran IPS di SMK Sangkuriang 1 Cimahi dapat terlihat dari Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang diadaptasi oleh kurikulum SMK tersebut. Secara menyeluruh dan bertahap, tujuan-tujuan yang dijadikan goal oleh SMK Sangkuriang 1 Cimahi adalah sebagai berikut :
Tujuan Pendidikan Menengah Kejuruan
Tujuan Pendidikan Menengah Kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
Tujuan SMK Sangkuriang 1 Cimahi
a. Mempersiapkan tamatan yang memiliki kepribadian dan berakhlak mulia sebagai tenaga kerja tingkat menengah yang kompeten sesuai Kompetensi Keahlian pilihannya
b. Membekali peserta didik untuk berkarir, mandiri yang mampu beradaptasi dilingkungan kerja sesuai bidangnya dan mampu menghadapi perubahan yang terjadi di masyarakat.
c. Membekali peserta didik sikap profesional untuk mengembangkan diri dan mampu berkompetisi di tingkat nasional, regional dan internasional.
Selanjutnya adalah Tujuan Kompetensi Keahlian. Terdapat empat (4) Kompetensi Keahlian di SMK Sangkuriang 1 Cimahi, yaitu Akuntansi, Administrasi Perkantoran, Pemasaran serta Rekayasa Peranti Lunak. Dalam makalah ini penulis mengupas mengenai kurikulum di Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran, namun dengan alasan kurangnya relevansi terhadap topik yang dibahas dalam makalah ini yaitu mengenai pembelajaran IPS, maka Tujuan Kompetensi Keahlian tidak penulis cantumkan di makalah ini.
Selain tujuan – tujuan yang bersifat umum di atas, SMK Sangkuriang 1 Cimahi juga mengadopsi standard kompetensi untuk lulusannya. Standard tersebut dipersiapkan hingga pada level mata pelajaran masing-masing. Berikut ini adalah standard-standard yang terkumpul dalam Standard Kompetensi Lulusan (SKL) yang dianut oleh SMK Sangkuriang 1 Cimahi :
Standard Kompetensi Lulusan ( S K L )
SMK Sangkuriang 1 Cimahi
1. Berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut sesuai dengan perkembangan remaja
2. Mengembangkan diri secara optimal dengan memanfaatkan kelebihan diri serta memperbaiki kekurangannya
3. Menunjukkan sikap percaya diri dan bertanggung Jawab atas perilaku, perbuatan, dan pekerjaannya
4. Berpartisipasi dalam penegakan aturan-aturan sosial
5. Menghargai keberagaman agama, bangsa, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup global
6. Membangun dan menerapkan informasi dan pengetahuan secara logis, kritis, kreatif, dan inovatif
7. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif dalam pengambilan keputusan
8. Menunjukkan kemampuan mengembangkan budaya belajar untuk pemberdayaan diri
9. Menunjukkan sikap kompetitif dan sportif untuk mendapatkan hasil yang terbaik
10. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah kompleks
11. Menunjukkan kemampuan menganalisis gejala alam dan sosial
12. Memanfaatkan lingkungan secara produktif dan bertanggung jawab
13. Berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara demokratis dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia
14. Mengekspresikan diri melalui kegiatan seni dan budaya
15. Mengapresiasi karya seni dan budaya
16. Menghasilkan karya kreatif, baik individual maupun kelompok
17. Menjaga kesehatan dan keamanan diri, kebugaran jasmani, serta kebersihan lingkungan
18. Berkomunikasi lisan dan tulisan secara efektif dan santun
19. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat
20. Menghargai adanya perbedaan pendapat dan berempati terhadap orang lain
21. Menunjukkan keterampilan membaca dan menulis naskah secara sistematis dan estetis
22. Menunjukkan keterampilan menyimak, membaca, menulis, dan berbicara dalam bahasa Indonesia dan Inggris
23. Menguasai kompetensi Kompetensi Keahlian dan kewirausahaan baik untuk memenuhi tuntutan dunia kerja maupun untuk mengikuti pendidikan tinggi sesuai dengan kejuruannya
Standard Kompetensi Lulusan ( S K L )
Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial SMK Sangkuriang 1 Cimahi
a) Memahami konsep-konsep interaksi antarindividu serta interaksi dengan lingkungan masyarakat sekitar
b) Memahami proses perkembangan kolonialisme dan imperialisme barat hingga terjadinya kebangkitan nasional
c) Memahami konsep kebutuhan manusia akan barang serta memahami proses-proses dasar ekonomi dalam rangka pemenuhan kebutuhan
d) Berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial ekonomi
e) Memiliki komitmen tinggi terhadap nilai-nilai sosial, budaya, dan kemanusiaan
f) Mampu berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional, dan global.

Bila kita tinjau dari kajian teori pada Bab sebelumnya, terlihat bahwa Tujuan-tujuan yang menjadi goals pembelajaran IPS di SMK Sangkuriang 1 Cimahi cenderung mengarah pada tujuan pembelajaran aliran ketiga, yaitu “simplifikasi dan distilasi dari berbagai ilmu-ilmu sosial untuk kepentingan pendidikan” (Wesley,1964:3)
Ditinjau dari teori Numan Somantri, tujuan yang telah disusun oleh SMK Sangkuriang 1 Cimahi dalam pembelajaran IPS juga telah memiliki kesesuaian. Muhammad Nu’man Somantri sendiri merumuskan bahwa tujuan Pendidikan IPS pada tingkat sekolah adalah :
1.Menekankan tumbuhnya nilai kewarganegaraan , moral, ideologi negara dan agama.
2.Menekankan pada isi dan metode berfikir ilmuwan
3.Menekankan reflective inquiry
Point (a), (e) dan (f) dari SKL Mata Pelajaran IPS SMK Sangkuriang 1 Cimahi cenderung berkesesuaian dengan point (1) menurut Numan Somantri yaitu menekankan tumbuhnya nilai kewarganegaraa, moral, ideologi negara dan agama. Point (b), (c) erat keselarasannya dengan point (2) menekankan pada dan metode berfikir ilmuwan
Point (d) menekankan reflective inquiry yang Berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial ekonomi.
Dapat kita nilai bahwa tujuan pembelajaran IPS di SMK Sangkuriang 1 Cimahi memiliki arah yang serupa dengan teori-teori mengenai tujuan pembelajaran IPS di persekolahan.
b. Implementasi kurikulum pembelajaran IPS di SMK Sangkuriang 1 Cimahi
Kurikulum Pendidikan IPS harus memuat bahan pelajaran yang sesuai dengan tujuan institusional dan tujuan pendidikan nasional. Di dalamnya hendaknya berisikan bahan yang memungkinkan siswa untuk berfikir kritis.

Sebagai implikasi dari maksud dan tujuannya , maka kurikulum Pendidikan IPS hendaknya berisikan garis-garis besar struktur disiplin ilmu dan model perilaku manusia yang tumbuh dalam masyarakat, sehingga isi kurikulumnya akan terdiri atas :
1. Model inquiry, masing-masing disipliln ilmu yang terdiri atas pertanyaan-pertanyaan pokok dan metode research setiap disipliln ilmu-ilmu sosial, psikologi dan agama.
2. Batang tubuh pengetahuan (body of knowledge) yang terdiri atas beberapa konsep. Konsep-konsep psikologi, filsafat dan agama akan sangat berguna untuk menghidupkan dan memperkuat kurikulum PIPS.
3. Generalisasi, dari konsep-konsep dalam butir 2 tersebut, hendaknya meningkat kesukarannya dalam bentuk generalisasi.

Martorella (1994) menekankan 9 kategori yang harus dimasukan dalam kurikulum IPS pendidikan dasar , yakni ; expressing, producing, transform, communicating, educating, recreating, protecting, governing, dan creating. Di Amerika kurikulum PIPS untuk pendidikan dasar dan menengah telah memasukan beberapa permasalahan yang sederhana mulai dari rumah, komunitas, hingga negara dan dunia. Pendidikan IPS bukan sekedar bertujuan membuat siswa berperilaku atau menjadi warga negara yang baik, tetapi sekaligus menjadi warga negara yang mampu menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada, sesuai dengan tingkatannya.
Kurikulum yang diterapkan di SMK Sangkuriang 1 Cimahi pada Tahun Pelajaran 2009/2010 adalah Kurikulum yang berbasis pada Kurikulum 2006 atau yang biasa disebut dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) dengan mengambil bentuk dalam Spektrum terbaru yang mulai diadopsi pada Tahun Pelajaran 2008/2009. Sebagian dari Standard Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) yang diterapkan di SMK Sangkuriang 1 Cimahi, dengan fokus terhadap mata pelajaran IPS, adalah sebagai berikut :
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Standard Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Memahami kehidupan sosial manusia
1. 1 Mengidentifikasi interaksi sebagai proses sosial
1. 2 Mendeskripsikan sosialisasi sebagai proses pembentukan kepribadian
1. 3 Mengidentifikasi bentuk-bentuk interaksi sosial
2. Memahami proses kebangkitan nasional
2. 1 Menjelaskan proses perkembangan kolonialisme dan imperialisme Barat, serta pengaruh yang ditimbulkannya di berbagai daerah
2. 2 Menguraikan proses terbentuknya kesadaran nasional, identitas Indonesia, dan perkembangan pergerakan kebangsaan Indonesia

3. Memahami permasalahan ekonomi dalam kaitannya dengan kebutuhan manusia, kelangkaan dan sistem ekonomi 3. 1 Mengidentifikasi kebutuhan manusia
3. 2 Mendeskripsikan berbagai sumber ekonomi yang langka dan kebutuhan manusia yang tidak terbatas
3. 3 Mengidentifikasi masalah pokok ekonomi, yaitu tentang apa, bagaimana, dan untuk siapa barang dan jasa diproduksi
4. Memahami konsep ekonomi dalam kaitannya dengan kegiatan ekonomi konsumen dan produsen termasuk permintaan, penawaran, keseimbangan harga, dan pasar

4. 1 Mendeskripsikan berbagai kegiatan ekonomi dan pelaku-pelakunya
4. 2 Membedakan prinsip ekonomi dan motif ekonomi
4. 3 Mendeskripsikan peran konsumen dan produsen
4. 4 Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran
4. 5 Menjelaskan hukum permintaan dan hukum penawaran serta asumsi yang mendasarinya
4. 6 Mendeskripsikan pengertian keseimbangan dan harga
4. 7 Mendeskripsikan berbagai bentuk pasar, barang dan jasa
5. Memahami struktur sosial serta berbagai faktor penyebab konflik dan mobilitas sosial 5. 1 Mendeskripsikan bentuk-bentuk struktur sosial dalam fenomena kehidupan
5. 2 Menganalisis faktor penyebab konflik sosial dalam masyarakat
6. Mendeskripsikan kelompok sosial dalam masyarakat multikultural
6. 1 Mendeskripsikan berbagai kelompok sosial dalam masyarakat multikultural
6. 2 Mendeskripsikan perkembangan kelompok sosial dalam masyarakat multikultural
6. 3 Mendeskripsikan keanekaragaman kelompok sosial dalam masyarakat multikultural
7. Memahami kesamaan dan keberagaman budaya
7. 1 Mengidentifikasi berbagai budaya lokal, pengaruh budaya asing, dan hubungan antarbudaya
7. 2 Mendeskripsikan potensi keberagaman budaya yang ada di masyarakat setempat dalam kaitannya dengan budaya nasional
7. 3 Mengidentifikasi berbagai alternatif penyelesaian masalah akibat adanya keberagaman budaya
7. 4 Menunjukkan sikap toleransi dan empati sosial terhadap keberagaman budaya

Tujuh (7) Standard Kompetensi dan dua puluh dua (22) Kompetensi Dasar yang menjadi goals yang akan dicapai untuk menjadi kompetensi minimal lulusan SMK Sangkuriang 1 Cimahi diatas menyiratkan optimisme bahwa lulusannya akan memiliki kualitas kompetensi yang mumpuni dalam bidang IPS, hal ini tercermin dari content kurikulum yang sejalan dengan teori mengenai kurikulum ideal yang dibutuhkan dalam pembelajaran IPS di persekolahan.Model inquiry, Body of knowledge serta generalisasi telah mewarnai content kurikulum tersebut.
Namun perlu dicermati bahwa 7 SK dan 22 KD yang telah digariskan tersebut harus ditempuh “hanya” dalam waktu 128 jam pelajaran. Cukup jauh perbandingan komposisi durasi waktu pembelajaran IPS yaitu 128:4277 (equivalent 2.99%) dari keseluruhan durasi waktu seluruh mata pelajaran yang dilaksanakan khususnya pada Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran SMK Sangkuriang 1 Cimahi.
Durasi waktu yang dimiliki oleh pembelajaran IPS “ironisnya” adalah durasi terpendek (setara dengan mata pelajaran Seni Budaya) dari seluruh mata pelajaran yang tergabung dalam kelompok mata pelajaran Adaptif dan Normatif. Dikatakan ironis karena sebenarnya SMK Sangkuriang 1 Cimahi berakar dari Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA) yang cenderung bernafaskan “Sosial”. Sebagai perbandingan “apple to apple” antara IPS dengan IPA, di SMK Sangkuriang 1 Cimahi IPS diajarkan sebanyak 128 jam selama 4 semester sedangkan IPA diajarkan sebanyak 192 jam untuk 6 semester.
Selengkapnya komposisi durasi waktu pembelajaran yang dilaksanakan di SMK Sangkuriang 1 Cimahi Tahun Pelajaran 2009/2010 adalah sebagai berikut :
Komponen Durasi Waktu (Jam)
A. Mata Pelajaran
1. Normatif 896
1.1. Pendidikan Agama 192
1.2. Pendidikan Kewarganegaraan 192
1.3. Bahasa Indonesia 192
1.4. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan 192
1.5. Seni Budaya 128
2. Adaptif 1557
2.1. Bahasa Inggris 440 a)
2.2. Matematika 403
2.3. IPA 192 a)
2.4. Ilmu Pengetahuan Sosial 128 a)
2.5. KKPI 202
2.6. Kewirausahaan 192
3. Produktif Kompetensi Kejuruan Administrasi Perkantoran 1440

B. Muatan Lokal 192
1. Bahasa Sunda
2. Membuat dan menjaga koleksi perpustakaan 80
112

C. Pengembangan Diri d)
(192)
1. Pramuka dan PMR
2. Bimbingan Karir Kejuruan
JUMLAH 4277

Keterangan notasi
a) Durasi waktu adalah jumlah jam minimal yang digunakan oleh setiap Kompetensi Keahlian. Kompetensi Keahlian yang memerlukan waktu lebih jam tambahannya diintegrasikan ke dalam mata pelajaran yang sama, di luar jumlah jam yang dicantumkan.
a) Terdiri dari berbagai mata pelajaran yang ditentukan sesuai dengan kebutuhan setiap Kompetensi Keahlian..
b) Jumlah jam Kompetensi Kejuruan pada dasarnya sesuai dengan kebutuhan standard kompetensi kerja yang berlaku di dunia kerja tetapi tidak boleh kurang dari 1044 jam.
c) Ekuivalen 2 jam pembelajaran.




Pemanfaatan Media Massa dan Internet sebagai Sumber Pembelajaran IPS di SMK Sangkuriang 1 Cimahi

Beberapa inovasi pembelajaran IPS telah diterapkan di SMK Sangkuriang 1 Cimahi. Selain metode-metode “lumrah” seperti ceramah, penggunaan buku teks pelajaran, mendiskusikan isi buku dan cara-cara lain yang “biasa” dilakukan di sekolah manapun dari dulu hingga sekarang, para guru IPS di SMK Sangkuriang 1 Cimahi mengembangkan inovasi pembelajaran IPS yang serupa dengan pembelajaran IPS di negara Jepang ( pada Bab I dikemukakan bahwa di Negara Matahari Terbit itu, pembelajaran IPS yang diberikan kepada siswa diberikan melalui hasil survei lapangan terlebih dahulu, sehingga sesuai dengan permasalahan aktual yang terjadi di masyarakat)
Berbeda dengan pembelajaran di Jepang, Staf pengajar IPS di SMK Sangkuriang 1 Cimahi tidak selalu turun langsung ke lapangan secara harfiah mengunjungi tempat-tempat atau orang-orang yang akan dibahas menjadi materi pembelajaran IPS, mereka “cukup” dengan mengadakan survey dan kajian fenomena melalui internet dan media massa yang sumbernya mereka percayai.
Dari beberapa batasan pengertian media massa yang dikemukakan oleh para pakar komunikasi (McLuhan, 1964; Bittner, 1980 : 10; Wright, 1985 : 2-7; Susanto, 1980 : 2; NCSS, 2002) dapat diambil sebuah sintesa dimana
media massa adalah suatu jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melewati media cetak atau elektronik, sehingga pesan informasi yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Pengertian "dapat" di sini menekankan pada pengertian bahwa jumlah sebenarnya penerima pesan informasi melalui media massa pada saat tertentu tidaklah esensial.
Yang penting ialah "The communicator is a social organization capable or reproducing the message and sending it simultaneously to large number of people who are spartially separated" (Tan, 1981 : 73).
Adapun bentuk media massa, secara garis besar, ada dua jenis, yaitu : media cetak (surat kabar dan majalah, termasuk buku-buku) dan media elektronik (televisi dan radio, termasuk internet dengan segala macam varian komunikasinya).
Media massa dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembelajaran IPS, karena media massa pada hakekatnya merupakan representasi audio-visual masyarakat itu sendiri. Sehingga fenemona faktual yang terjadi di masyarakat, dapat secara langsung (live) diliput dan ditayangkan media massa (melalui siaran televisi atau radio, misalnya). Pemanfaatan media massa artinya penggunaan berbagai bentuk media massa, baik cetak maupun elektronik untuk tujuan tertentu yang dalam kajian ini disebut sebagai sumber pembelajaran IPS.

Guru dapat memanfaatkan atau memberdayakan media massa sebagai sumber pembelajaran IPS secara optimal dan efektif sehingga dapat menunjang keberhasilan pembelajaran IPS melalui tiga cara, yaitu :

1. media massa dapat memperbaiki bagian konten dari kurikulum IPS;
2. media massa dapat dijadikan alat pembelajaran yang penting bagi IPS; dan
3. media massa dapat digunakan untuk menolong siswa mempelajari metodologi ilmu-ilmu sosial, khususnya di dalam menentukan dan menginterpretasi fakta-fakta sosial. (Clark,1965:46-54).
Sebagai konsekuensi logis dari pemanfaatan media massa sebagai sumber pembelajaran IPS di tingkat persekolahan, maka menurut Rakhmat (1985 : 216-258), terdapat paling tidak empat buah efek pemanfatan media massa, yaitu :

1. Efek kehadiran media massa, yaitu menyangkut pengaruh keberadaan media massa secara fisik;
2. Efek kognitif, yaitu mengenai terjadinya perubahan pada apa yang diketahui, difahami, atau dipersepsi siswa;
3. Efek afektif, yaitu berkenaan dengan timbulnya perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci siswa; dan
4. Efek behavioral, yaitu berkaitan pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang mencakup pola-pola tindakan kegiatan, atau kebiasaan berperilaku siswa.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa inovasi pembelajaran yang merupakan bagian inti dari kurikulum pembelajaran IPS yang dikembangkan di SMK Sangkuriang 1 Cimahi telah dapat dikatakan menunjang pada kebutuhan ideal kurikulum pembelajaran IPS di Persekolahan.

C.Kualifikasi Pengajar IPS di SMK Sangkuriang 1 Cimahi

Hasil penelitian Nursid Sumaatmadja (Soesetyo, 2004;2) diperoleh data sebanyak 60% guru IPS di Indonesia memiliki background pendidikan di luar pendidikan IPS. Haladyna and Shaughnessy dalam Stahl (2008:8) mengindikasi bahwa guru dan lingkungan pembelajaran memegang peranan yang kuat dalam membentuk sikap siswa terhadap IPS.
Hal ini juga menjadi sinyalemen yang diungkapkan oleh Prof. Dr. Said Hamid Hasan, M.A., Guru Besar Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (PIPS) UPI Bandung yang mensinyalir + 60% guru PIPS di Indonesia tidak berlatar belakang pendidikan IPS. Sinyalemen ini dikemukakannya pada saat Seminar Nasional dan Musyawarah Daerah I HimpunanSarjana Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial Indonesia (HISPIPSI) Jawa Barat, di Bandung (31 Oktober 2002).
Mengulang kembali ungkapan seorang Galileo-Galilei bahwa guru pada dasarnya tak memiliki kemampuan apapun untuk memasukkan suatu pengetahuan apapun kepada siapapun. Guru adalah fasilitator yang mengantarkan seseorang untuk mencapai apapun ilmu pengetahuan yang diinginkannya. Orang yang tepat untuk mengantarkan seseorang meraih ilmu adalah orang yang benar-benara mengenal dan menguasai ilmu tersebut. Dapatlah kiranya ditegaskan bahwa idealnya seorang guru IPS haruslah seorang sarjana yang berlatar belakang pendidikan IPS.
SMK Sangkuriang 1 Cimahi memiliki 2 ( dua ) orang staf pengajar IPS yang masing-masing memegang satu tingkat kelas. Satu orang guru mengajar di Semester 1 dan 2 (Tingkat X) dan satu guru lagi mengajar di Semester 3 dan 4 (Tingkat XI). Keduanya merupakan sarjana dengan kualifikasi dari Jurusan Ekonomi. Berikut adalah staf pengajar IPS di SMK Sangkuriang 1 Cimahi :

1. Yogie Winarto,S.Pd
Beliau adalah staf pengajar IPS di SMK Sangkuriang 1 Cimahi yang mengajar di Tingkat X (Semester 1 dan Semester 2), seorang sarjana pendidikan lulusan Universitas Pendidikan Indonesia Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS), Jurusan Pendidikan Ekonomi, Program Studi Manajemen Bisnis. Selain mengajar IPS, masih di SMK Sangkuriang 1 Cimahi beliau mengajar mata pelajaran produktif Kompetensi Keahlian Pemasaran. Kecakapan sosialnya dimantapkan dengan jabatannya sebagai Ketua Karang Taruna di wilayah Kota Cimahi. Selain itu, beliau pun aktif di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Cimahi .

2. Wawan Irawan ,SE
Sarjana Ekonomi yang meraih Akta 4 dari Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan ( STKIP ) Pasundan ini mengajar IPS di SMK Sangkuriang 1 Cimahi dan memegang Tingkat XI (Semester 3 dan 4). Selain menjabat sebagai Ketua Kompetensi Keahlian Pemasaran SMK Sangkuriang 1 Cimahi, beliau sangat memiliki kompetensi dan kecakapan sosial serta berpengalaman dalam organisasi masyarakat, seperti FKPPI, Persatuan Terjun Payung, LSM Pendidikan, dan sebagainya.
Dapat disimpulkan bahwa staf pengajar IPS di SMK Sangkuriang 1 Cimahi adalah guru yang berlatarbelakang bidang studi IPS serta memiliki kecakapan sosial yang cukup mumpuni dengan pengalamannya di masyarakat. Dengan kualifikasi guru IPS seperti mereka, sudah seharusnyalah pembelajaran IPS di SMK Sangkuriang 1 Cimahi dapat berjalan dengan baik sesuai dengan kurikulum yang dianut serta dapat menghasilkan lulusan yang sesuai bahkan lebih dari Standard Kompetensi Lulusa yang telah ditetapkan sesuai dengan Tujuan -Tujuan Pendidikan yang telah digariskan, tentu saja bergantung pula terhadap komponen-komponen lain dalam organisasi pembelajaran IPS di sekolah tersebut.















BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
Beberapa temuan berupa pelaksanaan pembelajaran IPS di SMK Sangkuriang 1 Cimahi adalah sebagai berikut :
1. Tujuan – tujuan yang dijadikan goals oleh SMK Sangkuriang 1 Cimahi secara berjenjang terdiri dari :
• Tujuan Pendidikan Nasional
• Tujuan Pendidikan Menengah Kejuruan
• Tujuan SMK Sangkuriang 1 Cimahi
• Tujuan Kompetensi Kejuruan (dalam makalah ini adalah Kompetensi Kejuruan Administrasi Perkantoran)
• Standard Kompetensi Lulusan SMK Sangkuriang I Cimahi
• Standard Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran (dalam makalah ini terfokus pada SKL Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial)
Tujuan-tujuan diatas oleh penulis disimpulkan memiliki keterkaitan yang erat serta saling melandasi. Hal ini terlihat dari komponen-komponen tujuan yang telah diuraikan dalam Bab IV di atas.
2. Kurikulum yang dianut oleh SMK Sangkuriang I Cimahi adalah Kurikulum 2006 ( KTSP ) dalam format spektrum baru yang diadopsi mulai tahun ajaran 2008/2009 dengan memiliki kekhasan dalam mata pelajaran IPS sebagai berikut :
• Memiliki 7 Standard Kompetensi dan 22 Kompetensi Dasar
• Dilaksanakan dalam durasi 128 jam dalam 4 semester pembelajaran
• IPS merupakan mata pelajaran,selain seni budaya, yang memiliki durasi terpendek di SMK Sangkuriang 1 Cimahi
• SMK Sangkuriang 1 Cimahi telah mengembangkan inovasi pembelajaran IPS yakni dengan penggunaan media massa dan internet sebagai kajian awal untuk menentukan materi IPS yang akan dajarkan, dengan tujuan agar pengajaran IPS bersifat meaningful dan aktual.
• Pemanfaatan media massa dan internet sebagai sumber pembelajaran, diyakini dapat meningkatkan kadar pembelajaran IPS.
3. Pembelajaran IPS di SMK Sangkuriang 1 Cimahi diawaki oleh 2 (dua orang guru IPS yang masing-masing mengajar di Tingkat X (9 kelas) dan tingkat XI (10 Kelas) . Keduanya adalah sarjana yang berlatarbelakang Pendidikan Ekonomi. Keduanya juga memiliki kecakapan sosial karena keaktifannya di Lembaga-lembaga yang terdapat di masyarakat.

Sebagai kesimpulan akhir dari makalah ini, penulis menilai bahwa pelaksanaan pembelajaran IPS di SMK Sangkuriang 1 Cimahi telah berjalan secara ideal dari sudut pandang tujuan, kurikulum, dan staf pengajarnya.


b. Saran

Saran yang ingin penulis berikan adalah ;
1) Sebaiknya diadakan penambahan team yang dilibatkan dalam kajian awal pra materi untuk memperkaya wawasan dan brain storming mengenai Pembelajaran IPS yang akan diselenggarakan. Pengayaan personil ini secara kualitas sangat mungkin dilakukan mengingat saat ini ada 6 guru SMK Sangkuriang 1 Cimahi non pengajar IPS yang sedang menempuh Program Pascasarjana S2 IPS di STKIP Pasundan Cimahi.
2) Selain itu, penulis juga menyarankan untuk meninjau kembali komposisi durasi waktu yang diberikan untuk pembelajaran IPS mengingat urgensi serta esensinya yang begitu penting dalam proses “memanusiakan manusia” terhadap siswa maupun terhadap lulusan yang diharapkan tercapai di SMK Sangkuriang 1 Cimahi.
DAFTAR PUSTAKA


Affandi,Idrus.Konsep Pendidikan IPS. Makalah Materi Perkuliahan @Powerpoint.

E. Juhana Wijaya (2007) Memahami Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Armico Bandung.

Lim, Jeffrey. (2008). IPA Lebih Tinggi Daripada IPS! Benarkah Itu?.Taipei: Http//:www.limpingen.blogspot.com.

Menteri Pendidikan Nasional. (2006). Permen Diknas No. 22, 23 dan 24 tahun 2006 Tentang SI, SKL dan Pelaksanaan SI-SKL. Jakarta.

Soesetyo, Yoyok. (2004). Model Pembelajaran Terpadu. SUARA MERDEKA. dari www.dikdasmen.depdiknas.go.id

Somantri,Muhammad Numan (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS.Rosdakarya.Bandung

Syarbaini,Syahrial (2010). Implementasi Pancasila melalui Pendidikan Kewarganegaraan. Graha Ilmu.Bandung

Minggu, 21 Februari 2010

JAWABAN UAS FILSAFAT ILMU SEMESTER 1 PASCASARJANA STKIP PASUNDAN CIMAHI

PENGERJAAN SOAL
UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL
PASCASARJANA STKIP PASUNDAN CIMAHI

Mata Kuliah / Semester : Filsafat Ilmu / 1 (satu)
Sifat Ujian : Take Home
Dosen : Prof.Dr.H.Endang Komara,M.Si
Tanggal Pengumpulan : 22 Februari 2010
Nama Mahasiswa : Nasrullah Nurul Rohmat,S.Pd
N I M : 0 9 8 7 0 1 1 5
No.Absen : 0 0 9
Weblog : http://mrhotspot.blogspot.com/
E-mail : nasrullah_nurul@yahoo.co.id
Follower endang komara’s blog nomor 28
nickname:nasrullah,calon doktor,guru baik hati



SOAL
1. Phylosophy of Science tumbuh dari confirmatory theories (positivisme), ke confirmatory theories dan theories of explanation (postpositivisme), dan lebih lanjut ke theories of explanation (postmodernisme)
1.1 Jelaskan perkembangan filsafat ilmu tersebut di atas
1.2 Jelaskan perbedaan dan persamaan antara Filsafat Barat, Filsafat Timur dan Sains Tauhidullah
1.3 Apa implikasi ontologi, epistemologi, dan aksiologi bagi tentatif tesis Anda
1.4 Apa persamaan dan perbedaan paradigma kualitatif dengan paradigma kuantitatif
1.5 Jelaskan keterkaitan antara latar belakang masalah, tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran
2. Dalam filsafat ilmu dapat diketahui kedudukan ilmu dalam pengetahuan, sifat dan asumsi dasar ilmu, komponen ilmu dan upaya membangun ilmu yang belum diketahui, serta memperbaiki ilmu yang diragukan kebenarannya. Upaya membangun dan memperbaiki kebenaran ilmu itu tidaklah dilakukan dengan semena-mena, melainkan dilakukan dengan prosedur tertentu menurut metode ilmiah yang berupa langkah-langkah sistematis. Metode ilmiah berupa langkah-langkah sistematis yang disebut metodologi penelitian.
2.1 Jelaskan perbedaan ilmu alamiah dengan ilmu sosial
2.2 Jelaskan pula sifat-sifat dan asumsi dasar ilmu tersebut
2.3 Jelaskan pula komponen-komponen pembangun ilmu
2.4 Proposisi sebagai pembangun teori atau ilmu dan jelaskan 10 macam proposisi (5pasang) linkage proposition serta lengkapi dengan contoh masing-masing
PENJELASAN
1.1 Perkembangan Filsafat Ilmu
· Era Pra Yunani Kuno
Pada era ini, perkembangan pengetahuan manusia diindikasikan oleh pengetahuan mengenai “apa” dan “bagaimana” (know how) yang diperoleh manusia melalui kemampuan yang mereka miliki yaitu : mengamati, membedakan, memilih dan kemampuan untuk bereksperimen yang dilaksanakan secara trial and error.
Pada masa ini berlaku konsep Homo Sapiens yaitu manusia selaku hewan yang berfikir, yang memiliki potensi berkreasi dengan penemuannya memanfaatkan sumber daya alam.
· Era Yunani Kuno
Dilihat dari terminologi Phylosophy yang berasal dari Yunani Kuno, jelaslah terlihat bahwa ilmu filsafat telah berkembang jauh sebelum dunia memasuki abad modern (masa kini). Beberapa filsuf, termasuk pencipta istilah phylosophy, bahkan hidup sebelum masehi. Diantara mereka terdapat nama Thales (624-548 SM), Anaximander (610-547 SM), Anaximenes (546 SM), Socrates (470-398 SM), Plato(429-347 SM), Aristoteles (384 – 322 SM) dan banyak lagi yang lainnya. Mereka masing-masing mewarnai filsafat dengan konsentrasi mereka masing-masing. Beberapa diantara mereka yaitu Thales,Anaximander serta Anaximenes merupakan penggiat dalam Filsafat Alam. Beberapa lagi seperti Socrates, Plato dan Aristoteles concern dalam Filsafat Manusia
Pada zaman ini, manusia tidak lagi menerima sesuatu dengan apa adanya. Mereka mulai mempergunakan rasio untuk meragukan dan mempertanyakan dengan menggunakan daya abstraksi yang didorong dengan kemampuan baru mereka yaitu : membaca, menulis dan berhitung. Era ini ditandai dengan mulainya terjadi kegaduhan ilmu akibat kebimbangan yang ditimbulkan oleh teori relativisme yang dikembangkan para filsuf sophis seperti Protagoras
· Era Abad Pertengahan
Di masa ini , bisa disebut terjadi pembalasan dendam terhadap era relativisme. Para filsuf memusatkan kebenaran pada kebenaran wahyu Tuhan (teosntrisme) dengan menampilkan tokoh-tokoh filsuf seperti Thomas Aquinas (1225-1274 M), serta filsuf-filsuf Islam yang berada dalam Masa Keemasan (Golden Age) seperti Al Khawarizmi, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd serta Jamaluddin.
· Zaman Modern
Sejarah pemikiran pada era ini dapat dibagi dalam tiga tahapan yaitu
~ Masa Modern Muda dengan tokohnya yaitu Nicolaus (1401-1446), Nicolao Bernardo Machiavelli(1469-1527), Gallileo Gallilei(1454-1642), Rene Descartes(wafat 1650), Benedict Spinoza(1632-1667), Francis Bacon(1561-1626), Gottfried Wilhelm Leibnitz(1646-1716), Thomas Hobbes(1588-1676), John Locke(1632-1714) serta Sir Isaac Newton(1662-1727)
~ Masa Aufklarung , yaitu gerakan pencerahan / enlightenment, memberikan pengaruh sangat besar terhadap kemerdekaan berfikir. Muncul pula pemikiran-pemikiran baru dalam bidang politik, kenegaraan, hukum, sastra dan pemikiran keagamaan. Pada masa inilah mulainya terpacu Revolusi Progressif sampai masa kini yang mendorong keinginan dan kehendak akan kemajuan intelektual. Aufklarung juga disebut-sebut memiliki keterkaitan dengan Revolusi Perancis dan Revolusi Amerika, yang produknya adalah timbulnya berbagai ideologi modern masa kini. Beberapa tokoh filsuf era ini adalah Diderot, D’alambert, Hegel Schopenhauer, Voltaire, dan JJ Rousseau.
~ Masa Aliran Idealisme dan Positivisme.
Pertama kali istilah positivisme digunakan dan disebarkan oleh August Comte di Perancis dan Vond Feurbuch di Jerman. Aliran ini menolak segala pemikiran theological, karena itu positivisme hanya menerima wujud kepastian. Positivisme menganggap bahwa ilmu pengetahuan adalah satu-satunya wujud dari kepastian.
· Zaman Filsafat Kontemporer ( Abad 20 )
Terdapat tiga aliran yang menonjol pada era ini yaitu :
Ø Aliran Positivisme, berupa puncak dari aliran empirisme dimana empirisme yang ekstrim dianggap sebagai kebenaran. Aliran ini dipelopori dan dikembangkan oleh August Comte,E.Littre,P.Laffitte,JS.Mill dan Spencer. Suatu ilmu dapat diakui apabila memiliki kriteria : eksplanotoris dan analitis, memiliki metode serta berlaku umum,tidak dibedakan dengan manusia lain maupun dengan alam sekitarnya. Dengan kata lain, aliran positivisme ditandai dengan tiga (3) hal yaitu : Kesatuan Ilmu(kesamaan paradigma), Kesatuan Bahasa dan Kesatuan Metode.
Ø Aliran Behaviorisme, menganggap manusia lebih dari sekedar benda mati. Tokoh utamanya adalah Cassirer yang menyatakan manusia merupakan makhluk simbolik karena mampu menjawab rangsangan dan tanggapan
Ø Aliran Postmodernism, merupakan filsafat mengenai science, pada alira ini science dianggap seakan sebuah agama.
Tahap pertama berupa confirmatory theories (Positivisme) menyatakan bahwa ilmu alam sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisik. Positivisme ini tidak mengenal adanya spekulasi peneliti, semua kajian harus berdasarkan data empiris yang ditemukan. Aliran ini menolak spekulasi teoritis sebagai suatu sarana untuk memperoleh pengetahuan (seperti yang diusung oleh kaum idealisme, terutama idealisme Jerman Klasik). Positivisme merupakan puncak empirisme, yang dalam segi-segi tertentu sampai kepada kesimpulan logis ekstrim karena pengetahuan apa saja merupakan pengetahuan empiris dalam satu atau lain bentuk, maka tidak ada spekulasi yang dapat menjadi pengetahuan. Tempat utama dalam positivisme terletak pada sosiologi meskipun concernnya juga diberikan pada teori pengetahuan yang diungkapkan oleh August Comte dan tentang Logika yang dikemukakan oleh JS.Mill
Munculnya tahap kedua dalam perkembangan positivisme filsafat ilmu, berawal pada tahun 1870-1890an dan terkait dengan nama Mach dan Avenarius. Keduanya meninggalkan pengetahuan formal tentang objek-objek nyata yang objektif, yang merupakan suatu ciri dari positivisme pada awalnya. Dalam Machisme, masalah-masalah pengenalan ditafsirkan dari sudut pandang psikologisme ekstrim yang bergabung dengan subyektivisme.
• Perkembangan tahap terakhir berkaitan dengan lingkara Wina denga tokoh-tokohnya O.Neurath, arnap, chlick, Frank, dan lain-lain. Kelompok yang turut berpengaruh pada perkembangan tahap ketiga ini adalah Masyarakat Filsafat Ilmiah Berlin. Mereka menggabungkan sejumlah aliran seperti automisme logis, positivisme logis, serta semantika. Pokok bahasan tahap ketiga ini diantaranya tentang bahasa, logika simbolis, struktur penyelidikan ilmiah, dan lain-lain.
Post Modernism memiliki corak berupa Pola pikir modern, yaitu rasionalistik, fungsional, interpretatif dan kritis .Pendekatan posmo menolak rasionalitas yang digunakan oleh fungsionalis, rasionalis, interpretatif dan teori kritis ,Posmo menggantinya dengan perbedaan (differences), pertentangan (opposites), paradoks, dan penuh misteri (enigma) .
Prof.Dr.H.Endang Komara,M,Si menyebutkan dalam abstrak makalahnya yang menggunakan postmodern sebagai bahan kajian sebagai berikut :
“Postmodern in contemporary society with high technological media (high tech), transformation process and change that happened yield a new postmodern society arranged contradiction thinking, controversy, paradox, and dilematics. Hereinafter postmodern represent postmodernity era have attended new history phase and new sociocultural notching which need new theory and concept. Modernity in the form of technology like media and computer, new form of knowledge, and change of socio-economcs system yield materialization of postmodern society” (endangkomara’s Weblog,2009)

1.2 Perbandingan Filsafat Barat, Filsafat Timur dan Sains Tauhidullah

Sebetulnya penulis merasa sumir dalam mencari persamaan dan perbedaan diantara Filsafat Barat, Filsafat Timur dan Sains Tauhidullah dikarenakan penulis melihat ketiganya memang bersinggungan namun berjalan on their own may track. Sehingga penulis berpendapat untuk menuliskan perbandingan antara ketiganya dengan mengupas secara holistik.
Ø Filsafat Barat
Filsafat ini memang dikembangkan dan ditengarai hidup menjadi corak hidup di daerah western dunia ini terutama eropa dan daerah-daerah jajahan mereka. Dasar dari filsafat ini adalah teori – teori yang diwariskan dari orang Yunani Kuno. Menurut Takwin (2001) dalam pemikiran barat konvensional pemikiran yang sistematis, radikal dan kritis seringkali merujuk pada pengertian yang ketat dan harus mengandung kebenaran dari sisi logika. Aliran – aliran yang berkembang dalam konteks Filsafat Barat diantaranya Aliran Empirisme, Positivisme, dan filsafat analitik yang memberikan kriteria bahwa suatu pemikiran dapat dianggap filosofis apabila mengandung kebenaran korespondensi dan koherensi.
Korespondensi artinya sebuah pengetahuan dinilai benar jika pernyataan itu sesuai dengan kenyataan empirisnya. Sebagai contoh jika pernyataannya “air sungai mengalir” maka kebenaran terjadi apabila secara empiris indra kita menangkap kenyataan bahwa air di sungai memang mengalir. Jika ternyata air di sungai tidak mengalir, misalnya membeku, maka pernyataannya dianggap salah.
Koherensi berarti sebuah pernyataan dinilai benar apabila pernyataan itu mengandung koherensi logis, dalam artian dapat diuji dengan menggunakan logika barat.
Filsafat Barat secara sistematis mengkaji terhadap 3 (tiga) bidang kajian yaitu : (a)bidang kajian tentang keberadaan/being (ontologis), (b) mengkaji pengetahuan(epistemologis), (c) bidang filsafat yang mengkaji nilai-nilai menentukan apa yang seharusnya dilakukan manusia (aksiologi). Beberapa tokoh Filsafat Barat adalah Wittgenstein, Immanuel Kant, Rene Descartes

Ø Filsafat Timur
Dikembangkan di kawasan Asia seperti Tiongkok, India, dan daerah-daerah lain yang budayanya terpengaruh oleh negara-negara tersebut. Sebuah ciri yang menonjol pada Filsafat Timur adalah adanya pengaruh kuat dari religi yang terpadu dalam belief system penganutnya.
Filsafat Agama ini sebenarnya mirip dengan Filsafat Barat pada abad pertengahan diman segala pemikiran filsafat disandarkan pada aspek ketuhanan. Tetapi bagaimanapun di Dunia Barat Filsafat ‘an sich’ masih lebih menonjol daripada nilai-nilai agama. Beberap filsuf yang namanya muncul dari kawasan ini diantaranya seperti Lao Tze, Kong Hu Chu, Zhuang Zi,dan lain-lain.
Dikarenakan pengaruh agama yang begitu kuat, kadang menyebabkan logika menerima suatu axioma, maka pemikiran filsafat timur sering dianggap sebagai pemikiran yang tidak rasional, tidak sistematis, dan tidak kritis. Sebagai contoh, pada pemikiran Cina, sistematikanya berdasarkan pada konstruksi kronologis mulai dari penciptaan alam hingga meninggalnya manusia dijalin secara runut (Takwin,2001).

Ø Sains Tauhidullah
Biasa dikenal dengan istilah Filsafat Islam, menempati posisi yang unik dan istimewa. Majid Fakhri menilai filsafat Islam sebagai mata rantai diantara filsafat barat dan filsafat timur, sehingga filsafat Islam memiliki kesamaan di satu sisi dengan filsafat barat (dari akarnya, yaitu Yunani Kuno) dan sisi yang lain berimpitan dengan filsafat timur (dari sisi ketuhanannya). Kecenderungan ini didasari keyakinan bahwa filsafat Islam telah berakhir dengan wafatnya Ibn Rusyd. Pendapat ini ditentang oleh Henry Corbin dan Louis Massignon yang menilai adanya eksistensi filsafat Islam.
Namun sesungguhnya setidaknya ada dua pendapat mengenai hal ini.
Pertama, ada anggapan bahwa orang Eropa belajar filsafat dari filosof Yunani seperti Aristoteles melalui kitab-kitab yang ditulis ulang oleh St.Agustine (354-430 M) yang kemudian diteruskan oleh Anicius Manlius Boethius (480-524M) dan juga John Scotus. Pendapat ini dibantah oleh Hoesin(1961) yang menyatakan bahwa salinan buku Aristoteles yang berjudul Isagoge, Categories dan juga Porphyry telah habis diluluhlantakkan oleh pasukan Romawi seiring dieksekusi matinya Boethius. Hal ini dibuktikan dengan penulisan ulang yang dilakukan oleh John Salisbury, seorang Guru Besar di Universitas Paris, terhadap buku Organon karangan Aristoteles. Salisbury menyalin buku tersebut dari terjemahan yang menggunakan bahasa Arab, ini mengindikasikan Eropa saat itu tidak mempunyai lagi salinan karya Aristoteles (Haerudin,2003)
Kedua, dinyatakan bahwa para filsuf Eropa belajar filsafat dari buku-buku filsuf Yunani yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Al Kindi, Al Farabi , dan lain-lain. Dari anggapan ini, terpotret peran filsafat Islam yang begitu vital dan krusial dalam perkembangan filsafat ilmu.
Kartanegara (2006) meyakini adanya 4 aliran dalam filsafat Islam yaitu :periperatik, iluminasionis(israqi), irfani (tasawuf) dan aliran hikmah muta’aliyyah (teosofi transeden). Islam menempatkan Ilmu (al’ilm) sebagai hal yang utama, setidaknya dalam Al-Qur’an disebutkan lebih dari 780 kali kata tersebut. Bahkan salah satu ayatnya disebutkan “ walaa taqfu maa laisa laka bihi ‘ilmun” , Islam mensyaratkan ilmu untuk beramal. Dalam pandangan Allamah Faydh Kasyani dalam bukunya Al Wafi disebutkan :”ilmu yang diwajibkan kepada setiap muslim adalah ilmu yang mengangkat posisi manusia pada hari akhirat dan mengantarkannya pada pengetahuan tentang dirinya, Penciptanya, para nabiNya, utusan Alloh, umarro,sifat Tuhan, hari akhirat, dan hal-hal yang mendekatkan diri kepada Alloh”.
Dalam Sains Tauhidulloh, fenomena alam tidaklah berdiri tanpa relasi dan relevansinya adalah dengan kuasa Illahi. Dengan demikian, penelitian tentang alam semeste tidaklah ditujukan untuk “menciptakan” kebenaran, akan tetapi untuk mendorong kita untuk “mengenal” Tuhan dan menambah keyakinan tauhidulloh. Fenomena alam bukanlah suatu kebetulan ataupun hasil pemikiran seseorang, bukan pula berdiri independen sebagai realitas, namun tegas Islam mendeklarasikan bahwa fenomena alam tersebut adalah ayat-ayat, tanda-tanda kekuasaan Sang Pencipta. Fenomena Alam sebagai ayat-ayat Qauniyyah sangat erat kaitannya dengan Al-Qur’an sebagai ayat-ayat Qouliyyah.

1.3 Implikasi Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi bagi Tentatif Tesis

Secara tulus dan terbuka, penulis menyatakan saat ini belum siap untuk membahas mengenai Tesis yang akan penulis susun, even itu “hanya sekedar” tentatif. Hal ini penulis rasa penting untuk diungkapkan karena penulis memandang akan menjadi bias bahkan imaginatif apabila penulis memaksakan diri untuk membahasnya, meskipun penulis telah memiliki dan mempersiapkan tentatif tesis tersebut, namun masih terlalu mentah data yang akan disajikan. Dalam kesempatan ini izinkan penulis bermaksud untuk mengupas pandangan mengenai ontologi, epistemologi dan aksiologi. Pada kesempatan ini penulis mengambil contoh implikasi ontologi,epistemologi dan aksiologi bagi penyusunan tesis tentang PANCASILA,misalnya dengan judul “Peningkatan Kesadaran Berbangsa Siswa SMK Sangkuriang 1 Cimahi melalui Penerapan Nilai-nilai Luhur Pancasila Sebagai Dasar Penyusunan Tata Tertib Siswa “ ,sebagai berikut:
Ø Epistemologi
Bidang ini disebut juga teori pengetahuan, membahas mengenai sumber pengetahuan dan bagaimana pengetahuan itu diperoleh. Dalam kamusnya, Runes mengartikan epistemologi sebagai “ the branch of philosophy which investigates the origin, structure, methods and validity of knowledge”. Runes juga menyebut bahwa pencipta istilah epistemology adalah J.F.Ferrier pada tahun 1854 (Runes,1971:94)
Dengan mengkaji epistemologi dapat diketahui bahwa manusia memperoleh pengetahuan dengan tiga (3) cara, yaitu cara sains, cara filsafat, dan cara latihan rasa, namun secara umum semua pengetahuan itu sebenarnya diperoleh dengan cara berpikir benar(Tafsir,1990).

Kajian epistemologis Pancasila dimaksudkan sebagai upaya untuk mencari hakekat Pancasila
sebagai suatu sistem pengetahuan (sumber pengetahuan*, teori kebenaran pengetahuan**,
watak pengetahuan***).
* : nilai-nilai yang ada pada bangsa Indonesia.
** : logisitas yang harmonis antara akal, rasa, dan kehendak manusia untuk memperoleh kebenaran yang tertinggi.
*** : Pancasila mendasarkan pandangan bahwa ilmu pengetahuan tidak bebas nilai

Ø Ontologi
Secara ontologis, kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui hakekat dasar dari sila-sila Pancasila. Hakekat dasar ontologis Pancasila adalah manusia karena manusia merupakan subyek hukum pokok dari sila-sila pancasila

Ø Aksiologi

Kajian aksiologi filsafat Pancasila pada hakekatnya membahas tentang nilai praksis atau
manfaat suatu pengetahuan tentang Pancasila. Aksiologi Pancasila mengandung arti bahwa kita membahas tentang filsafat nilai Pancasila. Secara utuh Pancasila dapat dikatakan memiliki syarat sebagai sebuah sistem filsafat, disebabkan hal-hal berikut ini :

_ Sistematis, fundamental, universal, integral, dan radikal mencari kebenaran yang hakiki
_ Filsafat yang monotheis dan religius yang mempercayai adanya sumber kesemestaan yaitu Tuhan yang Maha Esa
_ Monodualisme dan monopluralisme atau integralistik yang mengutamakan ketuhanan, kesatuan dan kekeluargaan
_ Memiliki corak universal terutama sila I dan sila II serta corak nasional Indonesia terutama silan III, IV dan V
_ Idealisme fungsional (dasar dan fungsi serta tujuan idiil sekaligus)
_ Harmoni Idiil (asas selaras, serasi dan seimbang)
_ Memiliki ciri-ciri dimensi idealitas, realitas dan fleksibilitas
_ Sila-sila Pancasila merupakan satu kesatuan sistem yang bulat dan utuh (sebagai suatu totalitas)
Demikianlah implikasi ketiga bidang filsafat terhadap variabel, dalam hal ini adalah Pancasila.

1.4 Perbandingan Paradigma Kualitatif dengan Paradigma Kuantitatif

Lincoln dan Guba (1985) membeberkan pengertian paradigma menurut Patton,1978 sebagai berikut :
“ a paradigm is a world view, a general perspective, a way of breaking down the complexity of the real world. As such, paradigms are deeply embedded in the socialization of adherents and practitioners: paradigms tell them what is important, legitimate, and reasonable. Paradigms are also normative, telling the practitioner what to do without the necessity of long existensial or epistemological consideration. But it is this aspect of paradigms that constitutes both their strength and their weakness-their strength in that it makes action possible, their weakness in that very reason for action is hidden in the unquestioned assumptions of the paradigm” (Lincoln and Guba,1985)
Bogdan dan Biklen (1982 dalam Lexy J.Moleong,1989) menunjuk paradigma sebagai kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir dan penelitian.
Deddy Mulyana (2003) menyebut paradigma sebagai suatu ideologi dan praktik suatu komunitas ilmuwan yang menganut suatu pandangan yang sama atas realitas, memiliki seperangkat kriteria yang sama untuk menilai aktivitas penelitian, dan menggunakan metode serupa.
Fry (1981, dalam Ahmad Sonhadji, et al, 1996) membedakan secara rinci perbandingan antara paradigma penelitian kualitatif dan kuantitatif, seperti dapat dilihat dalam tabel berikut :
Paradigma Kualitatif
Paradigma Kuantitatif
Menganjurkan penggunaan metode kualitatif
Menganjurkan penggunaan metode kuantitatif
Fenomenologis dan verstehen dikaitkan dengan pemahaman perilaku manusia dari frame of reference aktor itu sendiri
Logika Positivisme. “melihat fakta atau kasual fenomena sosial dengan sedikit melihat bagi pernyataan subyektif individu-individu”
Observasi tidak terkontrol dan naturalistik
Pengukuran terkontrol dan menonjol
Subjective
Objective
Dekat dengan data, merupakan perspektif “insider”
Jauh dari data, merupakan perspektif “outsider”
Grounded, orientasi discovery, eksplorasi, ekspansionis, deskriptif, dan induktif
Tidak grounded, orientasi verifikasi, konfirmatori, reduksionis, inferensial dan deduktif-hipotetik
Orientasi pada proses
Orientasi pada hasil
Valid, data real, rich, dan deep
Reliabel, data dapat direplikasi dan hard
Tidak dapat digeneralisasi, studi kasus tunggal
Dapat digeneralisasi, studi multi kasus
Holistik
Partikularistik
Asumsi realitas dinamik
Asumsi relitas stabil

Dari tabel atas dapat terlihat bahwa penelitian kuantitatif memiliki perbedaan paradigmatik dengan penelitian kualitatif. Penelitian kuantitatif merupakan suatu penelitian yang analisisnya secara umum menggunakan analisis statistik. Penelitian kuantitatif dikembangkan oleh penganut positivisme yang dipelopori oleh August Comte. Aliran ini berpendapat bahwa untuk memacu perkembangan ilmu-ilmu sosial, maka metode-metode IPA harus diadopsi ke dalam riset-riset ilmu sosial (Harahap,1992). Karenanya, dalam penelitian kuantitatif pengukuran terhadap gejala yang diamati menjadi penting, sehingga pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan berstruktur (angket) yang disusun berdasarkan pengukuran terhadap variabel yang diteliti yang kemudian menghasilkan data kuantitatif. Berbeda dengan penelitian kualitatif yang menekankan pada studi kasus, penelitian kuantitatif bermuara pada survey.
Serupa dengan pendapat Fry di atas, Richard dan Cook (dalam Abdullah Fajar, 1992) mengemukakan perbedaan paradigma penelitian kualitatif dan kuantitatif sebagai berikut :
PARADIGMA KUALITATIF
PARADIGMA KUANTITATIF
Menganjurkan pemakaian metode kualitatif.
Bersandar pada fenomenologisme dan verstehen; perhatian tertuju pada pemahaman tingkah laku manusia dari sudut pandangan pelaku itu sendiri.
Pengamatan berlangsung secara alamiah (naturalistic) dan tidak dikendalikan (uncontrolled)
Bersifat subyektif
Dekat dengan data; bertolak dari perspektif dari “dalam” individu atau masyarakat yang diteliti.
Penelitian bersifat mendasar (grounded), ditujukan pada penemuan (discovery-oriented), menekankan pada perluasan (expansionist), bersifat deskriptif, dan induktif.
Berorientasi pada proses
Valid; data bersifat ‘mendalam’, ‘kaya’, dan ‘nyata.
Tidak dapat digeneralisasikan; studi di atas kasus tunggal
Bersifat holistic
Mengasumsikan adanya realitas yang bersifat dinamik
Menganjurkan pemakaian metode-metode kuantitatif.
Bersandar pada positivisme logika; mencari fakta-fakta dan sebab-sebab dari gejala sosial dengan mengesampingkan keadaan individu-individu.
Pengamatan ditandasi pengukuran yang dikendalikan dan blak-blakan (obtrusive)
Bersifat obyektif
Jauh dari data; bertolak dari sudut pandangan dari “luar”

Penelitian bersifat tidak mendasar (ungrounded), ditujukan pada pengujian (verification-oriented), menekankan penegasan (confirmatory), reduksionis,
inferensial, deduktif-hipotetik.
Berorientasi pada hasil
Reliabel; data ‘keras’ dan dapat diulang
Dapat digeneralisasikan; studi atas banyak kasus
Bersifat partikularistik
Mengasumsikan adanya realitas yang stabil


Ditinjau dari karakteristiknya, berikut adalah perbandingan Metode Kualitatif dengan Metode Kuantitatif (Lorraine Corner, 1991)

Suharsimi Arikunto dalam bukunya “Prosedur Penelitian” (2006) menegaskan bahwa antara penelitian kuantitatif dan kualitatif terdapat perbedaan yang sifatnya mendasar, meskipun beberapa hal juga memiliki persamaan.Secara garis besar, keduanya memiliki kejelasan unsur, penelitian dilakukan secara bertahap, menggunakan desain penelitian, ada data yang dikumpulkan serta dilakukannya analisis data. Dengan catatan, persamaan-persamaan tersebut dilakukan dengan cara yang berbeda dan kemudian menjadi faktor pembeda diantara keduanya.

1.5 Keterkaitan antara latar belakang masalah, tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran
Penelitian adalah suatu proses, yaitu suatu rangkaian langkah-langkah yang dilakukan secara terencana dan sistematis guna mendapatkan pemecahan masalah atau mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tertentu. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian harus serasi dan saling mendukung satu sama lain, agar penelitian yang dilakukan itu memiliki bobot yang cukup memadai dan memberikan kesimpulan-kesimpulan yang tidak meragukan. Sumadi Suryabrata (1983) merinci langkah-langkah penelitian pada umumnya terdiri dari ;
1. Identifikasi, pemilihan, dan perumusan masalah
2. Penelaahan kepustakaan
3. Penyusunan Hipotesis
4. Identifikasi, klasifikasi, dan pemberian definisi operasional variabel-variabel
5. Pemilihan atau pengembangan alat pengambil data
6. Penyusunan rancangan penelitian
7. Penentuan sampel
8. Pengumpulan data
9. Pengolahan dan analisis data
10. Interpretasi hasil analisis
11. Penyusunan laporan.
Djadja Saefullah menyebutkan unsur Latar Belakang Masalah, Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pemikiran dalam penyusunan hasil penelitian. Secara rinci beliau menjelaskan tentang hal-hal berikut :
Ø Rumusan Masalah merumuskan masalah penelitian dengan memperhatikan :
· Menyatakan dengan jelas, tegas, dan konkrit masalah yang akan diteliti
· Relevan dengan waktu
· Berhubungan dengan suatu persoalan teoretis atau praktis
· Berorientasi pada teori (teori merupakan body of knowledge)
· Dinyatakan dalam kalimat tanya atau pernyataan yang mengandung masalah
Ø Kajian Pustaka (difokuskan pada penelitian sebelumnya)
Sebelum menyusun tesis dan disertasi, penulis tentunya telah mencari kemudian membahas terbitan-terbitan (publikasi) yang berhubungan dengan topik atau masalah penelitian. Untuk itu, literature review dari setiap terbitan/buku/publikasi yang dianggap relevan dibahas secara kritis, yang meliputi :
· Siapa yang pernah meneliti topik atau masalah itu
· Dimana penelitian itu dilakukan
· Apa unit dan bidang studinya
· Bagaimana pendekatan dan analisisnya
· Bagaimana kesimpulannya
· Apa kritikan terhadap studi itu

Ø Kerangka Pemikiran
Merupakan rangkaian penalaran dalam suatu kerangka berdasarkan premis-premis untuk sampai pada simpulan-simpulan yang berakhir pada hipotesis-hipotesis yang akan diuji secara empiris (kalau perlu ditampilkan dalam bentuk bagan alur pemikiran).
Dari penjelasan di atas, dapat dilihat rangkaian keterkaitan antara latar belakang masalah dengan tinjauan pustaka, tinjauan pustaka dengan kerangka pemikiran dan latar belakang masalah dengan kerangka pemikiran seperti berikut ini :




Dari flow chart di atas terlihat bahwa teori-teori yang dicantumkan dalam kerangka pemikiran merupakan teori-teori yang relevan untuk menjawab pertanyaan yang tercantum dalam rumusan masalah.


Informasi kepustakaan yang telah didiskusikan dan diungkap dalam kajian kepustakaan selanjutnya dipilih dalam kerangka pemikiran berupa teori-teori dasar maupun konseptual.
2.1 Perbandingan ilmu alamiah dengan ilmu sosial
Ilmu Alamiah atau sering disebut Ilmu Pengetahuan Alam dan akhir-akhir ini disebut juga sebagai Ilmu Kealaman (Natural Science) atau disingkat Science/Sains. Natural Science merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang gejala-gejala Alam Semesta, termasuk di planet bumi, sehingga terbentuklah konsep serta teori dan prinsip ilmu alamiah. Ciri khas natural science adalah penggunaan metode ilmiah dalam penggalian teorinya.
Ilmu Sosial Dasar adalah pengetahuan yang menelaah masalah-masalah sosial, dengan menggunakan pengertian-pengertian berupa fakta, konsep maupun teori yang berasal dari berbagai bidang ilmu pengetahuan keahlian dalam lapangan ilmu-ilmu sosial seperti geografi sosial, sosiologi, antropologi sosial, ilmu politik, ekonomi, psikologi sosial, dan sejarah.
2.2 Sifat-sifat dan asumsi dasar ilmu
Ilmu bertujuan untuk menjelaskan segala yang ada dialam semesta ini. Untuk menjelaskan itu, ilmu memiliki sifat dan asumsi dasar. Perkembangan ilmu kemudian didasarkan atas sifat dan asumsi dasar tersebut.
Ada tiga sifat dasar yang melekat pada ilmu (Soetriono dan ARDm Rita Hanafie, 2007:140) yaitu :
1. Ilmu menjelajah dunia empirik tanpa batas sejauh dapat ditangkap oleh panca indera (dan indera lain yang mungkin ada)
2. Tingkat kebenarannya relatif dan tidak sampai kepada tingkat kebenaran yang mutlak
3. Ilmu menemukan proposisi-proposisi (hubungan sebab akibat) yang teruji secara empirik.
Mengacu pada ketiga sifat dasar di atas, dapat dikemukakan tiga asumsi dasar ilmu, yaitu :
1. Dunia ini ada (manipulable)
2. Fenomena yang ditangkap oleh indera manusia berhubungan satu sama lain
3. Percaya akan kemampuan indera yang menangkap fenomena itu
4. Ilmu adalah pengetahuan yang sistematik
Ilmu identik dengan dunia ilmiah, karenanya ilmu mengidentifikasikan tiga ciri yaitu “ilmu harus merupakan suatu pengetahuan yang didasarkan pada logika”,”terorganisasikan secara sistematis”,dan”berlaku secara umum”.
Demikianlah sifat-sifat dan asumsi dasar ilmu yang mendasari perkembangan ilmu pengetahuan.
2.3 Komponen-komponen pembangun ilmu
Komponen ilmu yang hakiki adalah fakta dan teori. Komponen lainnya adalah fenomena dan konsep (Soetriono dan SRDm Rita Hanafie, 2007:1420 .Fenomena yang ditangkap oleh indera manusia diabstraksikan dengan sejumlah konsep. Konsep sendiri merupakan simbol-simbol yang mengandung pengertian singkat dari fenomena. Jadi, konsep merupakan penyederhanaan dari fenomena.Konsep yang semakin mendasar akan sampai pada variabel. Variabel merupakan sifat atau jumlah yang mempunyai nilai kategorial, baik kualitatif maupun kuantitatif. Semakin berkembangnya suatu ilmu maka semakin berkembang pula konsep-konsepnya untuk sampai pada variabel-variabel dasar.Melalui penelaahan yang terus menerus , ilmu akan sampai pada hubungan-hubungan yang merupakan hasil akhir dari ilmu. Hubungan-hubungan yang didukung oleh data empirik itu disebut dengan fakta. Dan ujungnya, ilmu merupakan fakta dan jalinan fakta secara utuh membentuk teori.
2.4 Linkage Proposition
Seperti telah dijelaskan dalam sub point 2.3, Soetriono dan SRDm Rita Hanafie (20017:142) mengemukakan bahwa teori adalah seperangkat konsep, definisi, dan proposisi-proposisi yang berhubungan satu sama lain yang menunjukkan fenomena secara sistematis dan bertujuan untuk menjelaskan dan meramalkan fenomen-fenomena.
Proposisi-proposisi yang dimaksud tampak dalam tabel berikut ini :
No
Proposisi
Bentuk
Contoh
1
Jenis
X adalah Jenis Y
Pacaran adalah Masalah Sosial Pelajar
2
Ruang
X adalah tempat Y
Internet adalah tempat siswa mendapatkan informasi sexual education
3
Sebab akibat
X akibat dari Y
Prestasi Siswa terpengaruh oleh Masalah sosial pelajar
4
Lokasi untuk melakukan sesuatu
X merupakan tempat untuk melakukan Y
Sekolah merupakan tempat pembentukan nilai moral dan norma pelajar
5
Cara mencapai tujuan
X merupakan cara untuk mencapai tujuan
Nilai moral solihah adalah cara mencapai prestasi yang diinginkan

Sabtu, 16 Agustus 2008

SELAMAT, ALLOH TELAH MENUNTUN ANDA PADA BLOG INI.

Blogger yang budiman, hari ini, 17 Agustus 2008 kita untuk kesekian kalinya memperingati independence day. benarkah kita telah merdeka ? kemerdekaan apa yang telah anda miliki ? ... merdekakah orang-orang yang tergusur dari tempat tinggalnya.. merdekakah kita yang dihukum pengadilan karena fikiran kita... merdekakah kita yang harus "menikmati" polusi lingkungan kita... merdekakan saya ... merdekakah mereka... merdekakah anda... MERDEKAKAN KITA !!!